Sejarah Nasional Indonesia: Jaman jepang dan Jaman Republik Indonesia.
Oleh Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto.
Hal. 176 – 177
Di Indonesia bagian Tiur (Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lain), pasukan Australia yang mewakili Sekutu lebih cepat tiba dibandingkan dengan pasukan Inggris di Jawa dan Sumatra. Di Makassar, misalnya, mereka usudah tiba menjelang akhir September 1945. Sesudah melucuti Jepang, mereka menyerahkan pemerintahan sipil kepada aparat Netherlands Indies Civil Administration (NICA)/Belanda. Oleh karena itu, pada umumnya pihak Indonesia di daerah bagian timur ini langsung berhadapan dengan Belanda, walaupun perebutan senjata dengan Jepang juga terjadi di beberapa tempat.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, rombongan Dr. Sam ratulangi, Gubernur Sulawesi mendarat di Sapiria, Bulukumba. Setibanya kembali di Makassar, Gubernur mulai menyusun pemerintahan. Kan tetapi, dalam segala tindakan, Gubernur oleh para pemuda dianggap terlalu hati-hati. Param pemuda mulai mengorganisasi diri dan merencanakan ntuk merebut gedung-gedung vital, seperti studio radio dan tangsi polisi yang sudah dikuasai Belanda dibawah perlindungan pasukan Australia. Kelompok pemuda tersebut terdiri dari kelompok Barisan Berani Mati (Bo-ei Tai-shin), bekas kaigun heiho dan pelajar SMP. Pada tanggal 28 Oktober mereka bergerak menuju sasaran dan mendudukinya. Karena peristiwa itu, pasukan Australia bergerak dan melucuti para pemuda. Sejak itu, pusat gerakan pemuda dipindahkan dari Makassar ke Polombangkeng. (41)
Di Sulawesi Utara, sekalipun tela hamper setengah tahun dikuasai NICA, usaha menegakkan kedaulatan tidaklah padam. Ada tanggal 14 Februari 1946, pemuda-pemuda Indonesia anggota KNIL, yang tergabung pada Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di Tangsi Putih dan Tangsi Hittam di Teling, Manado. Mereka membebaskan tokoh-tokoh pro-RI yang ditahan NICA di penjara tersebut, antara lain, Taulu, Wuisan, Sumanti, G.A. Maengko, Kusno Dhanupojo, dan G.E. Duhan. Sebaliknya, mereka menahan Komandan Garnisun Manado dan semua pasukan Belanda di Teling dan penjara Manado. Dengan diawali oleh peristiwa itu, para pemuda menguasai markas Belanda di Tomohon dan Tondano. Berita mengenai perebutan kekuasaan mereka kirim ke pemerintah pusat di Yogyakarta dan mengeluarkan Maklumat No. 1, yang ditandatangani oleh Ch. Taulu. Pemerintah sipil dibentuk pada 16 Februari dan sebagai residen dipilih B.W. Lapian. Satuan local Tentara Indonesia disusun dengan pimpinan kolektif, Ch. Taulu, Wuisan, dan J. Kaseger. (42)
—
(40) Pusat Sejarah TNI, op. cit., 2000, hlm. 106-108
(41) Radik Djawardi, naskah Sedjarah Corps Hasanuddi, 1972, hlm. 6-9
(42) D. Wowor, Sulawesi Utara Bergolak, Jakarta, 1979, hlm. 45 dst.
Leave a Reply